5 Game Live Service yang Tutup Kurang dari 1 Tahun: Mengapa Mereka Gagal?

 7 Game Live Service yang Tutup Kurang dari 1 Tahun Mengapa Mereka Gagal

Optekno - Game live service, sebuah konsep yang sangat populer dalam dunia permainan online, memungkinkan game untuk terus diperbarui dengan konten baru secara berkala. Biasanya, game ini mengandalkan mikrotransaksi dan komunitas pemain yang besar untuk tetap hidup. 

Namun, di balik kesuksesan beberapa judul besar seperti Fortnite dan Apex Legends, terdapat sejumlah game live service yang gagal dan bahkan harus menutup layanannya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun setelah diluncurkan.

Di artikel ini, kami akan membahas beberapa game live service yang memiliki nasib tragis tersebut. Kami juga akan menganalisis faktor-faktor kegagalan mereka, sehingga kita bisa belajar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi.

Apa Itu Game Live Service?

Game live service adalah model permainan yang memungkinkan pengembang untuk terus menyediakan konten dan update secara berkala setelah peluncuran awal game tersebut. 

Dalam model ini, biasanya pemain dapat membeli item dalam game melalui mikrotransaksi, yang kemudian menjadi sumber pendapatan utama pengembang. 

Untuk bisa bertahan, game live service harus mampu mempertahankan minat pemain dalam jangka panjang dengan menghadirkan konten baru yang menarik dan komunitas yang aktif.

{getCard} $type={post} $title={Baca juga:}

Faktor Penting dalam Kesuksesan Game Live Service

  1. Komunitas yang Aktif: Sebuah game live service sangat bergantung pada komunitas pemain yang loyal. Tanpa komunitas yang aktif, konten baru yang dirilis tidak akan mendapat perhatian.
  2. Konten Menarik dan Berkualitas: Game harus mampu terus menarik minat pemain dengan menyediakan konten yang segar, menarik, dan berkualitas.
  3. Stabilitas dan Dukungan Pengembang: Masalah teknis, bug, dan kurangnya komunikasi dari pengembang dapat membuat pemain kehilangan minat.
  4. Monetisasi yang Seimbang: Game yang terlalu fokus pada mikrotransaksi bisa membuat pemain merasa dimanfaatkan dan cepat bosan.

1. Concord (2024)

Concord (2024)

Concord merupakan salah satu contoh kegagalan tragis dalam sejarah game live service. Diproduksi oleh Sony dengan anggaran besar, game ini hanya mampu bertahan selama 2 minggu setelah rilis. Concord diluncurkan dengan harapan besar, namun gagal memenuhi ekspektasi pemain.

  • Mengapa Gagal: Masalah utama Concord adalah kurangnya ciri khas. Game ini dianggap terlalu mirip dengan Overwatch, namun tanpa inovasi yang signifikan. Selain itu, desain karakter yang dianggap buruk dan harga yang terlalu mahal dibandingkan game serupa membuat banyak pemain enggan membeli. Akibatnya, hanya sedikit pemain yang aktif, dan Sony terpaksa menutup server serta memberikan refund kepada para pembeli.
{nextPage}

2. Radical Heights (2018)

Radical Heights (2018)

Radical Heights mencoba memanfaatkan tren battle royale yang sedang booming saat itu, namun gagal bersaing dengan judul-judul besar seperti Fortnite dan PUBG. Game ini menonjolkan visual retro yang unik, namun hanya bertahan selama 5 bulan.

  • Mengapa Gagal: Meskipun memiliki visual yang menarik, game ini diluncurkan dalam kondisi yang belum siap. Masalah teknis dan kurangnya konten menjadi faktor utama kegagalan. Selain itu, karena terlambat masuk ke pasar battle royale, Radical Heights kesulitan menarik perhatian pemain yang sudah nyaman dengan game lain.

3. The Day Before (2023)

The Day Before (2023)

The Day Before adalah game survival open world bertema zombie yang banyak ditunggu-tunggu sebelum peluncurannya. Namun, game ini terpaksa ditutup hanya dalam 1 bulan setelah rilis karena berbagai kontroversi dan masalah yang muncul.

  • Mengapa Gagal: The Day Before dituduh melakukan plagiarisme, yang menyebabkan citra game ini rusak di mata komunitas. Selain itu, game ini sempat menghilang dari berbagai platform distribusi game, menimbulkan kebingungan di kalangan pemain. Kombinasi dari masalah ini membuat pengembang, FNTASTIC, harus menutup server lebih cepat dari yang diharapkan.
{getCard} $type={post} $title={Baca juga:}

4. Crucible (2020)

Crucible (2020)

Crucible merupakan upaya dari Amazon untuk bersaing di genre game shooter, menggabungkan mode permainan team-based dan battle royale. Meskipun awalnya disambut dengan antusias, game ini tidak berhasil menarik banyak pemain dan harus tutup setelah 5 bulan.

  • Mengapa Gagal: Crucible menghadapi banyak masalah sejak hari pertama rilis, termasuk bug, konten yang minim, serta gameplay yang kurang menarik. Pemain cepat merasa bosan, dan Amazon memutuskan untuk menutup game ini sebagai kegagalan pertama mereka di industri game.

5. Babylon’s Fall (2022)

Babylon’s Fall (2022)

Meskipun bertahan sedikit lebih lama, yaitu selama 11 bulanBabylon’s Fall akhirnya harus menyerah dan menutup servernya. Game ini awalnya diantisipasi sebagai RPG aksi dengan visual yang unik, namun ternyata tidak mampu memenuhi ekspektasi.

  • Mengapa Gagal: Masalah yang dihadapi Babylon’s Fall sangat beragam, mulai dari gameplay yang repetitif hingga konten yang terlalu sedikit. Pemain merasa bosan dan kecewa dengan kurangnya variasi dalam permainan. Visual yang diharapkan menjadi keunggulan malah menjadi kelemahan karena dianggap kurang menarik.
{nextPage}

Mengapa Banyak Game Live Service Gagal?

Game live service memiliki tantangan besar untuk bisa bertahan dalam jangka panjang. Beberapa faktor utama yang sering menyebabkan kegagalan adalah:

  1. Persaingan Ketat: Banyak game yang dirilis bersamaan dengan game lain dalam genre yang sama, dan pemain cenderung memilih game dengan komunitas yang lebih besar dan konten yang lebih menarik.
  2. Monetisasi yang Tidak Seimbang: Beberapa game terlalu mengandalkan pay-to-win atau mikrotransaksi yang berlebihan, yang akhirnya membuat pemain enggan untuk melanjutkan bermain.
  3. Masalah Teknis: Jika game memiliki banyak bug atau masalah teknis sejak peluncuran, pemain akan kehilangan minat dengan cepat, bahkan sebelum pengembang sempat memperbaikinya.
  4. Kurangnya Konten Baru: Pemain membutuhkan konten baru secara berkala. Jika pembaruan terlalu lambat atau kurang menarik, game tersebut akan cepat ditinggalkan.
{getCard} $type={post} $title={Baca juga:}

Game live service menawarkan potensi besar bagi pengembang untuk terus memberikan pengalaman yang dinamis kepada pemain. Namun, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit. 

Sejumlah game live service yang kami bahas di atas menunjukkan bahwa meskipun sebuah game diluncurkan dengan harapan besar, tanpa komunitas yang kuat, konten yang menarik, dan stabilitas teknis, game tersebut bisa saja gagal dalam waktu singkat.

Bagi pengembang, pelajaran yang bisa diambil adalah pentingnya mendengarkan komunitas pemain, memperbaiki masalah dengan cepat, dan memberikan konten yang relevan dan menarik secara konsisten. Dengan begitu, game live service dapat terus bertahan dan berkembang dalam jangka panjang. Optekno

Previous Post Next Post