Meta Naksir Perplexity? Sebelum Scale AI, Ternyata Ini Incaran Mark Zuckerberg!
Meta Naksir Perplexity? Sebelum Scale AI, Ternyata Ini Incaran Mark Zuckerberg!

Meta Naksir Perplexity? Sebelum Scale AI, Ternyata Ini Incaran Mark Zuckerberg!

Optekno – Meta naksir Perplexity? Sebelum Scale AI, Ternyata Ini Incaran Mark Zuckerberg!

Pernah nggak sih kamu ngebayangin, perusahaan sekelas Meta itu ngelirik startup kecil? Seriusan, ini bukan gosip dari warung kopi, tapi beneran kejadian. Kabarnya, Meta, yang kita kenal sebagai induknya Facebook, Instagram, dan WhatsApp, sempet kepincut sama startup AI bernama Perplexity. Tapi, eh, ternyata nggak jadi. Terus, kenapa Meta sekarang malah gandeng Scale AI? Nah, ini dia yang bakal kita obrolin santai. Soalnya, ini bukan cuma soal duit, tapi juga soal ambisi besar Mark Zuckerberg di dunia kecerdasan buatan.

Niat Akuisisi Perplexity yang Kandas

Jadi gini, ceritanya Meta itu sempet nawarin buat ngakuisisi Perplexity. Bayangin aja, startup kecil dilirik raksasa teknologi. Pasti bangga banget, kan? Tapi, entah kenapa, pembicaraan itu nggak berlanjut. Ada yang bilang Meta yang mundur, ada juga yang bilang Perplexity yang nggak mau. Ya, namanya juga bisnis, kadang deal, kadang enggak. Tapi, yang jelas, gagalnya akuisisi ini nggak bikin Meta patah arang. Mereka langsung gercep cari alternatif lain. Jujur aja, aku juga sempat mikir, “Kenapa ya kok nggak jadi?” Padahal, Perplexity ini lumayan oke lho. Mungkin ada pertimbangan lain dari Mark Zuckerberg dan timnya. Intinya sih, ya gitu… kamu ngerti lah maksudnya.

Meta Beralih ke Scale AI: Investasi Besar dan Kepemilikan Saham

Nah, inilah kejutan berikutnya. Setelah gagal “pedekate” sama Perplexity, Meta langsung tancap gas dengan investasi gede-gedean ke Scale AI. Bukan main-main, lho, nilainya sampai USD 14,3 miliar! Atau kalau dirupiahin, sekitar 230 triliun. Wih, duit semua itu! Dengan investasi sebesar itu, Meta jadi punya 49% saham di Scale AI. Tapi, yang menarik, mereka nggak punya hak suara dalam pengambilan keputusan. Jadi, kayak investor pasif gitu, tapi tetep dapet keuntungan. Plus, pendiri Scale AI, Alexandr Wang, dan beberapa karyawannya ikutan gabung ke Meta. Ini sih kayak “win-win solution” buat kedua belah pihak. Meta dapet amunisi baru di bidang AI, Scale AI dapet sokongan dana dan kesempatan berkembang lebih pesat.

Strategi Meta dalam Persaingan AI Global

Kenapa Meta ngebet banget sama AI? Ya jelas, persaingan di dunia teknologi makin ketat, bro! Semua perusahaan berlomba-lomba buat jadi yang terdepan di bidang kecerdasan buatan. Google dengan Gemini-nya, Microsoft dengan ChatGPT-nya, OpenAI dengan inovasi-inovasi gilanya… Meta nggak mau ketinggalan kereta. Dengan investasi di Scale AI, Meta nunjukkin keseriusannya buat bersaing di kancah global. Ini bukan cuma soal bikin aplikasi chatting atau media sosial yang lebih canggih, tapi juga soal menciptakan teknologi AI yang bener-bener revolusioner. Ibaratnya, Meta pengen jadi pemain utama, bukan cuma penonton.

Apa Itu Kecerdasan Buatan Super (ASI)?

Eh, ngomong-ngomong soal AI, kamu tau nggak sih apa itu Kecerdasan Buatan Super (ASI)? Nah, ini nih yang jadi target jangka panjangnya Meta. ASI itu bukan sekadar AI yang pinter kayak manusia. Tapi AI yang jauh lebih pinter dari manusia! Kemampuannya melebihi kemampuan kognitif manusia dalam segala hal. Bayangin aja, AI yang bisa mikir, belajar, dan nyelesaiin masalah jauh lebih cepat dan lebih baik daripada kita. Kedengarannya kayak film fiksi ilmiah, ya? Tapi, inilah ambisi Mark Zuckerberg. Dia pengen menciptakan AI yang bener-bener super, yang bisa ngubah dunia.

Komentar Pendiri Scale AI, Alexandr Wang, tentang Akuisisi Meta

Alexandr Wang, si pendiri Scale AI, juga nggak kalah semangat. Dia bilang investasi Meta ini adalah pengakuan atas pencapaian Scale AI selama ini. Dia juga yakin, dengan dukungan Meta, Scale AI bisa mewujudkan potensi penuh AI. “Investasi Meta mengakui pencapaian Scale AI hingga saat ini dan menegaskan kembali bahwa jalan kami ke depan –seperti AI– tidak terbatas,” kata Wang, seperti dikutip dari berbagai sumber. Dia juga bilang Scale AI pengen ngejembatani nilai-nilai kemanusiaan dan teknologi. Keren, kan? Jadi, intinya, mereka pengen bikin AI yang bermanfaat buat manusia, bukan malah jadi ancaman.

Ambisi Mark Zuckerberg Ciptakan AI Terpintar di Dunia: Membentuk Tim Elit

Nah, ini dia klimaksnya. Mark Zuckerberg ternyata punya ambisi besar buat ciptain AI terpintar di dunia! Dia bahkan bikin tim elit khusus buat mewujudkan ambisinya ini. Kabarnya, dia aktif merekrut para ahli terbaik di bidang AI, mulai dari peneliti sampai insinyur. Perekrutannya aja nggak main-main, lho. Dilakuin lewat grup WhatsApp internal bernama ‘Recruiting Party’, terus para kandidat diajak makan siang atau malam di rumahnya di California. Wah, kayak audisi American Idol aja ya. Tapi, ya, namanya juga cari orang-orang terbaik, harus totalitas dong! Kalau ambisinya udah setinggi ini, kita tungguin aja gebrakan Meta selanjutnya.

Jadi, Meta gagal ngakuisisi Perplexity? Ya, emang nggak semua rencana berjalan mulus. Tapi, kegagalan itu nggak bikin Meta nyerah. Mereka langsung banting stir, investasi gede-gedean ke Scale AI, dan bentuk tim elit buat ciptain AI super. Ini semua nunjukkin betapa seriusnya Meta dalam persaingan AI global. Kita sebagai penonton (dan pengguna produk-produk Meta) tentu penasaran banget, inovasi apa lagi yang bakal mereka bikin. So, tungguin aja episode selanjutnya! Gimana menurut kamu? Komen di bawah, ya! Siapa tahu kita bisa diskusi seru soal masa depan AI. ***

About Arvid Ramanta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *