Optekno – Oke, siap! Mari kita bedah isu hangat ini dengan gaya obrolan santai.
# OTT Asing Ditata, Bukan Sekadar Aturan, Tapi Masa Depan Digital Indonesia
Pernah nggak sih kepikiran, asyiknya kita streaming film, dengerin musik, atau bahkan video call-an sama keluarga di kampung itu semua berkat apa? Ya, bener banget, internet! Tapi, sadar nggak sih kalau di balik kemudahan itu, ada isu yang lumayan krusial, khususnya soal layanan Over-The-Top (OTT) asing yang makin merajalela di Indonesia? Ini bukan sekadar soal aturan yang ribet, lho. Lebih dari itu, ini tentang bagaimana kita mau menata masa depan digital Indonesia. Jadi, simak baik-baik ya, karena ini penting buat kita semua.
Latar Belakang Penataan OTT Asing
Jadi gini, guys, OTT asing itu kayak Netflix, Spotify, WhatsApp, dan sejenisnya. Mereka nyediain layanan lewat internet, dan kita sebagai konsumen tentu seneng banget. Tapi, emang nggak ada masalahnya? Nah, di sinilah letak permasalahannya. Selama ini, trafik data dari layanan OTT asing ini melonjak drastis banget. Kebayang kan, berapa banyak kuota yang kesedot tiap kita nonton drakor atau main game online? Nah, lonjakan trafik ini bebannya numpuk di infrastruktur telekomunikasi yang dibangun dan dipelihara oleh para operator di Indonesia. Sementara itu, kontribusi dari para OTT asing ini, ya bisa dibilang… masih kurang greget lah. Makanya, penataan OTT asing ini jadi penting banget, biar ada keadilan dan keberlanjutan buat industri telekomunikasi kita.
Desakan APJATEL: Bukan Pembatasan, Melainkan Penegakan Regulasi
Nah, Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (APJATEL) itu udah lama nyuarain soal ini. Tapi, banyak yang salah paham dan mikir kalau mereka pengen batasin akses kita ke internet. Padahal, nggak gitu, guys! Justru, APJATEL itu pengen pemerintah tegas dalam menegakkan regulasi yang udah ada. Mereka pengen OTT asing ini juga ikut andil dalam memelihara infrastruktur yang mereka “pinjem” buat nyediain layanan ke kita. Logis kan? Ibaratnya, kayak kita numpang ngecas HP di warung kopi, ya minimal beli kopi lah, ya kan?
Ketua Umum APJATEL, Bapak Jerry Mangasas Swandy, udah ngejelasin panjang lebar soal ini. Dia bilang, “Kami nggak pernah ngusulin pembatasan layanan, apalagi sampai ngehalangin akses publik ke internet. Tujuan utamanya itu menciptakan keadilan dalam pemanfaatan infrastruktur telekomunikasi.” Nah, dengerin tuh! Intinya sih, APJATEL pengen ada fairness.
Landasan Hukum Penataan OTT
Terus, dasar hukumnya apa dong? Tenang, Indonesia udah punya kok. Ada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran (Postelsiar). Di pasal 15 ayat (6), jelas dibilang bahwa penyelenggara jaringan punya hak buat ngelola trafik demi ngejaga kualitas layanan dan kepentingan nasional. Ditambah lagi, ada Pasal 11 dalam Peraturan Menteri Kominfo Nomor 5 Tahun 2021 yang makin memperkuat landasan hukumnya. Jadi, sebenernya payung hukumnya udah ada, tinggal implementasinya aja nih yang perlu digenjot.
Belajar dari Korea Selatan: Kontribusi OTT untuk Infrastruktur
Eh, tapi jangan salah, negara lain juga udah banyak yang berhasil nata OTT asing ini, lho. Salah satunya Korea Selatan. Nah, di Korea Selatan, platform OTT itu diwajibkan buat ngejaga kualitas layanan dan ngasih kontribusi ke penyelenggara jaringan. Jadi, kapasitas jaringan operatornya itu bisa nampung semua trafik OTT. Keren kan? Ini semua berkat amandemen Undang-Undang bisnis telekomunikasi Korea sejak tahun 2020. Jadi, kita bisa belajar banyak dari mereka. Gimana caranya pemerintah berpihak ke industri nasional dan akhirnya OTT asing kayak Netflix itu diwajibkan bayar kontribusi. Seriusan deh, ini inspiratif banget!
Dominasi OTT Asing dan Dampaknya pada Jaringan Telekomunikasi
Balik lagi ke Indonesia. Sekarang ini, trafik OTT asing itu udah mendominasi banget kapasitas jaringan telekomunikasi kita. Kalau nggak ada mekanisme pembagian tanggung jawab yang adil, ya bisa-bisa jaringan kita jebol di masa depan. Kebayang nggak sih, kalau lagi asik-asikan streaming tiba-tiba buffering terus? Kan nggak lucu. Nah, kalau pemerintah cuma diem aja dan ngebiarin OTT asing ngeksploitasi trafik tanpa kontribusi, operator telekomunikasi kita nggak bakal sanggup ngembangin kapasitas trafik. Ujung-ujungnya, kualitas layanan OTT itu sendiri yang bakal kena imbasnya. Jadi, ini kayak lingkaran setan gitu deh.
Perlunya Kontribusi OTT Asing kepada Operator
Nah, di sinilah pentingnya kontribusi OTT asing ke operator. Dengan adanya kontribusi, operator bisa terus investasi buat bangun jaringan yang lebih bagus. Alhasil, masyarakat juga yang diuntungin karena bisa terus nikmatin layanan internet yang berkualitas tanpa harus bayar lebih mahal. Jadi, ini win-win solution buat semua pihak. Nggak ada yang dirugiin, semuanya happy.
Tanggapan APJATEL Terhadap Pernyataan Menkominfo
Sempet ada pernyataan dari Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) yang bilang kalau isu OTT ini belum pernah dibahas dalam forum pengambilan kebijakan. Nah, APJATEL agak kurang setuju sama pernyataan ini. Mereka bilang, isu penataan OTT itu nggak cuma pernah dibahas, tapi juga udah ada regulasinya. Bahkan, isu ini juga jadi perhatian Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam). Cuma ya itu, tindak lanjutnya aja nih yang masih belum jelas. Jadi, ya… gitu deh. Kadang komunikasi antar lembaga juga suka nggak sinkron, ya kan?
Penataan Ekosistem OTT Asing: Kunci Masa Depan Digital Indonesia
Intinya gini, guys, penataan ekosistem OTT asing itu krusial banget buat masa depan digital Indonesia. Kita pengen para pelaku global yang dapet untung dari infrastruktur di Indonesia juga ikut bertanggung jawab dalam ngejaga keberlangsungannya. Prinsip same service, same rules itu harus ditegakkan. APJATEL juga bilang, penataan ini penting buat memperluas jangkauan jaringan ke wilayah tertinggal dan memperkuat transformasi digital di tingkat nasional. Tanpa adanya keadilan struktural dalam ekosistem digital, pembangunan infrastruktur telekomunikasi bakal susah banget.
Jadi, gimana? Udah mulai kebayang kan betapa pentingnya isu ini? Penataan OTT asing ini bukan cuma soal aturan yang bikin ribet, tapi lebih dari itu, ini tentang bagaimana kita pengen bangun masa depan digital Indonesia yang adil, berkelanjutan, dan menguntungkan semua pihak. Sekarang giliran kamu nih yang mikir. Gimana pendapatmu soal ini? Share dong di kolom komentar! Siapa tahu, suara kita bisa jadi pertimbangan buat para pembuat kebijakan. Oke? ***